Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini
Sosbud  

BENCANA Angin ‘Mendera’ EMPATI Wagub JOSEF

CitraNews

Entah nasib tapi bukan takdir, para siswa SMAN 3 Amarasi Timur HARUS belajar dibawah pohon. Pasalnya, bangunan gedung sekolah negeri yang beratapkan alang-alang dan berdinding bebak itu terporak-poranda diterpa angin puting beliung. 

Kupang, citra-news.com – PERISTIWA tragis yang dialami para guru dan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Amarasi Timur itu mengundang empati Gubernur NTT 2 (Wakil Gubernur/Wagub) JOSEF A. Nae Soi. Sebagia wujud dari rasa empatinya, Wagub Josef pada kunjungan perdananya, Kamis 13 September 2018 memberikan bantuan uang sebesar Rp 10 juta untuk membangun ruang kelas sementara.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bahwa gedung SMAN 3 yang terletak di Desa Enoraen Kecamatan Amarasi Timur Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengalami rusak berat akibat diterpa angin puting beliung. Bencana angin putting beliung yang terjadi pada Minggu 9 September 2018 itu telah merobohkan gedung yang hanya beratapkan alang-alang dan berdinding bebak.

“Gedung sekolah negeri ini dibangun sejak tahun 2012. Awal membangunnya gedung ini  dari hasil swadaya masyarakat sehingga hanya mampu dengan atap alang-alang dan didinding bebak,”ungkap Dina A. Sakbana, S.Sos.

Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Amarasi Timur  ini, di hadapan Wagub Josef, mengisahkan, gedung SMAN 3 Amarasi Timur dibangun sejak tahun 2012. Hanya karena keterbatasan dana dan hasil swadaya masyarakat se-Kecamatan Amarasi Timur maka gedung sekolah ini hanya dengan kondisi darurat. Yakni beratapkan alang-alang dan berdinding bebak.

Dengan terjadinya bencana angin, tambah Dina, kami harus menerima kenyataan pahit. Akan tetapi fakta itu tidak mematahkan semangat para guru dan siswa yang ada. Meskipun proses kegiatan belajar mengajar (KBM) harus terlaksana dibawah pohon.

“Ironisnya, sejak dibangun dengan kondisi atas alang-alang dan berdinding bebak hasil swadaya masyarakat hingga dirobohkan oleh bencana angin, belum ada bantuan apapun dari pemerintah. Entah bantuan dana untuk membangun sarana prasarana gedung dan fasilitas pendidikan, juga tenaga pendidik.”kata Dina.

Padahal, menurut Dina, ini adalah sekolah negeri. Sejak awal dibangun hingga tahun 2015 baru ada bantuan satu unit gedung permanen dari Kementerian Pendidikan. Praktisnya kami hanya punya satu gedung permanen untuk ruangan kantor. Itupun baru disumbangkan oleh Kementerian Pendidikan tahun 2015 lalu.

Sehingga kehadiran bapak Wagub yang sudah melihat langsung kondisi ini kiranya bisa menggugah pemerintah untuk juga memperhatikan kondisi pendidikan terutama di desa-desa. Karena selama ini perhatian pemerintah cenderung ke sekolah-sekolah di kota saja, tandasnya.