“Sudah langsung masuk ya ke rekeningnya,” sambung Gubernur Viktor sembari berkelakar dengan Mama Wenyi, sang gubernur mengajak mereka para pedagang pasar untuk terus menjadi merchant QRIS.
Mama Wenyi pun mendekatkan wajahnya ke hndphone miliknya dan mengecek. Ternyata benar, transaksinya berhasil. Dia pun tertawa meluapkan kegirangannya.
Suasana pasar menjadi riuh, karena beberapa ibu penjual kue rambut, jagung titi, ikan kering serta sirih pinang yang bersuara keras, dengan nada kelakar meminta gubernur untuk mampir sekalian memborong semua dagangannya.
Tidak tanggung-tanggung Gubernur Viktor pun mampir, dan berbelanja aneka kebutuhan. Baik itu ikan kering, cabe, sayur dan masih banyak lagi.
Merchant QTIS bertambah 105 Ribu.
Berkeliling sambil berbuat baik, demikian kira-kira adagium yang pas untuk disematkan ke Bank NTT saat in. Temponya entah saat Kunker kepala daerah pun kepala negara. Pimpinam dan dan staf di semua kantor cabang Bank NTT terus membumikan QRIS.
Layanan QR ditengarai mampu merubah image pedang pasar tradisional ke pasar digitalisasi. Tak luput, sejumlah pasar yang menjadi ikon di setiap daerah, sudah ‘dimasuki’ QRIS Bank NTT.
Sebut saja Pasar Inpres Naikoten Kupang dan pasar-pasar lainnya di Kupang, Pasar Wee Karou, Waikabubak Sumba Barat, Pasar Bobou di Bajawa, Kabupaten Ngada yang pada 1 Juni kemarin dikunjungi Presiden RI, Joko Widodo, serta Pasar Batu Cermin, Labuan Bajo.
“Sudah banyak pasar yang menjadi sasaran Bank NTT dalam mensosialisasikan layanan pembayaran secara digital,” kata Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho.
