Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini
Polkam  

PMKRI Terpanggil Urus KEMANUSIAAN Bukan Untuk PENCITRAAN

CitraNews

Emanuel Bolly : PMKRI Cabang Kupang bekerja senyap dalam melakukan upaya pencegahan dini human trafficking atau perdagangan orang. Karena merasa terpanggil untuk kemanusiaan. Bukan sekadar pencitraan diri ala oknum-oknum Caleg di momentum politik saat ini.

Kupang, citra-news.com – PRESIDIUM GERMAS (Gerakan Masyarakat) PMKRI St. Fransiskus Xaverius Cabang Kupang, EMANUEL BOLLY mengatakan dirinya merasa terganggu dengan informasi yang datang dari oknum pengurus Satuan Tugas Anti Human Trafficking (Satgas AHT) Partai Golkar NTT, perihal penangkapan dan penahanan 11 orang calon TKI (CTKI) asal Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat 12 Oktober2018.

Hal itu dikemukakan Emanuel Bolly ketika ditemui citra-news.com di Marga PMKRI Cabang Kupang, Senin, 15 Oktober 2018.

“Saya kira persoalan kemarin (Minggu, 14 Oktober 2018) itu tidak ada lagi. Tapi tadi (Senin 15 Oktober 2018) siang sekitar pukul 11.25 Wita Ketua Satgas AHT Partai Golkar NTT, GABRIEL GOA hubungi saya. Sepertinya mau klarifikasi. Bahwa kita focus pada kasus yang sedang dikawal oleh Polda NTT ini. Kita jangan saling baku hajar di media massa,”jelas Eman.

Baca Juga :  Wagub NTT Benny Litelnoni Terima Mobil Rongsokan

Kaka Gabriel Goa juga, lanjut Eman, juga menyesalkan kenapa tidak konfirmasi ke mereka (Satgas AHT Partai Golkar NTT. Ditambah lagi chat di WhatsApp (WA) dia minta saya bukti laporan polisi. Saya katakan saya hanya telpon dan chat WA ke polisi. Karena ini sifatnya emergency. Kita kalau mau pakai hal formal nanti 11 CTKI itu keburu naik kapal bagaimana. Dan peristiwa hari itu kami tidak diliput oleh media massa dan kami juga tidak ingin diliput. Tapi karena bapak mereka mengklaim paling berjasa di penangkapan 11 CTKI ini maka perlu kami luruskan. Agar public NTT tahu proses dan permasalahan yang sesungguhnya terhadap 11 orang CTKI yang mau berangkat ke Malaysia dengan Kapal UMSINI dengan rute Kupang-Lembata- Maumere pada Jumat, 12 Oktober 2018.

Saya menjelaskan ke dia (Gabriel Goa) begitu, kata Eman. Dia juga menjelaskan bahwa pada saat di pelabuhan Tenau dia juga turut hadir disana. Memang saya atau kami dari PMKRI juga tidak ada saat itu di Pelabuhan Tenau Kupang. Tapi sebelumnya kami diinformasikan oleh saudari dari Arnoldus Yansen Seran. Dan meminta kami segera menghubungi polisi karena ada TKI Non Prosedural yang mau ke Malaysia. Mereka semua sudah ada di pelabuhan Tenau Kupang dan mau kapal Umsini.

Baca Juga :  Diduga PENGADAAN Beras JPS Covid DIMANIPULASI PT Flobamor

Dari informasi itu lalu  beber Eman, saya informasikan ke Polisi melalui telppon dan chat WA ke pak Basri di Polresta (Kepolisian Resor Kupang Kota). Juga saya hubungi pak Wakil Direktur di Polda NTT namanya pak Ketut. Karena ini emergency jadi tidak perlu harus bua laoran polisi (LP). Sehingga beberapa saat kemudian beberapa anggota tim Buser menangkap mereka dan bawa ke Mapolresta. Dan soal ini kaka Gabriel Goa tidak bantah bahwa upaya kami dari PMKRI yang adalah pihak pertama yang memberi informasi ke polisi. Bukan karena upaya dari Satgas AHT Patai Golkar NTT.

Baca Juga :  BERJUDI dan Pesta Pora PEMICU Angka KEMISKINAN

Menjawab pertanyaan citra-news.com :  Apa yang ada dalam pikiran anda saat awal dihubungi pengurus Satgas AHT Partai Golkar NTT? Eman menjelaskan, saya (Eman) menduga karena waktu sesi tanya jawab yang saya kemukakan kemarin (Minggu, 14 Oktober 2018) di gedung DPD RI Perwakilan NTT itu. Yang intinya dengan adanya penangkapan 11 CTKI Non Prosedural itu jangan dijadikan jualan politik. Pernyataan saya bahwa jangan dijadikan jualan politik ini bagi saya sah-sah saja. Karena bisa saja di musim politik saat ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum calon anggota legislative untuk pencitraan diri. Ini sepertinya ada ketersinggungan, meskipun kaka Gabriel Goa tidak secara lugas mengatakan karena ungkapan saya itu. Namun dari pernyataannya bahwa kita jangan saling baku hajar di media masa atau media social. Koq kami dari PMKRI tidak merasa saling baku hajar di media? Apalagi saling adu argumentasi di media social, ucapnya.

Tidak Etis Beri Interupsi