Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

Mengatasi KEKERINGAN Pemerintah Diminta PERKUAT Skema MITIGASI

CitraNews

Winston : Ketiadaan air bersih di musim kemarau seperti sekarang ini menjadi masalah utama bagi semua kehidupan terutama manusia. Karena tiada kehidupan tanpa air dan tiada air tanpa kehidupan.

Kupang, citra-news.com – PUNCAK musim kemarau yang dialami antara bulan Oktober dan November, khususnya bagi masyarakat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), bukan lagi pengalaman baru. Di beberapa kabupaten kondisi tanah mulai terbelah dan warga masyarakat semakin sulit saja mendapatkan air bersih.

WINSTON N. Rondo, S.Pt, Anggota DPRD Provinsi NTT mengatakan, ketiadaan air dipastikan produktivitas masyarakat terganggu. Warga masyarakat akan berupaya sedemikian rupa untuk mendapatkan air. Tidak peduli dengan berjalan kaki puluhan kilometer atau membeli air tanki meski tidak membeli beras, asal saja kebutuhan air bisa terjawab. Kondisi ini walau perlahan-lahan  akan tetapi pasti menguras resources (sumber pendapatan) yang luar biasa.

Baca Juga :  PERSOALAN Terbesar di NTT Adalah PERSAMPAHAN

“Kondisi kekeringan yang menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih ini, mestinya pemerintah tidak saja mengatasinya upaya jangka pendek dengan menyediakannya melalui mobil tanki air. Upaya ini hanya emergency saja sifatnya. Pemerintah mestinya perkuat mitigasi dalam penanganan bencana kekeringan ini. Dengan antara lain membangun sumur-sumur bor atau perbanyak membangun jebakan-jebatakan air,”jelas Winston kepada wartawan di ruang Fraksi Demokrat Gedung DPRD NTT, di Kupang Jumat 26 Oktober 2018.

Baca Juga :  Capaian KINERJA Menggunung Bank NTT Jadi PENYANGGA EKONOMI Daerah

Menurut Ketua Komisi V DPRD NTT itu, melalui pemberitan media massa memberitakan,  sudah ada ratusan desa di NTT mengalami kekeringan. Dikabarkan terdapat sekitar 80 desa dengan kondisi tanah terbelah dan sumber-sumber mata air sudah kering total. Kondisi ini berarti terjadi ekskalasi  kekeringan sedikitnya antara 40-50 persen.

Dengan sumber mata air yang ada di wilayahnya mengalami kering total maka praktis warga harus beli air melalui mobil tanki air.  Secara matematis kita hitung sederhana saja, kata Wisnton. Misalkan harga jual air tanki di Kota Kupang dengan jangkauaan jarak sekitar 3-5 kilometer  sebesar 50 sampai 60 ribu per tanki dengan kapasitas 5000 liter, maka harganya akan melonjak berkisar sekitar 75 sampai 80 ribu per tanki.

Baca Juga :  Turun ke DESA Binaan Bank NTT Penjabat BUPATI Lembata Melepas 610 Anak TUKIK

“Ini kondisi di Kota dengan moda transportasi  yang dianggap lancar. Nah, bagaimana lagi di desa dengan kondisi infrastruktur jalan yang kurang memadai, warga masyarakat terpaksa harus membeli air juga. Walau subsidi air bersih sekalipun oleh pemerintah, tidak luput warga masyarakat pasti harus membayar. Sekecil apapun harganya,”kata Winston.