Tidak hanya itu, pejabat dari Pemprov NTT juga ikut hadir dalam momentum yang membanggakan seluruh masyarakat di wilayah terselatan Indonesia ini.
Mengurai alasan raihan Rekor MURI ini, Yusuf menjelaskan bahwa Tari Te’o Renda biasanya dilakukan secara kelompok untuk menyambut tamu atau pejabat. Tarian Te’o Renda juga kerapkali disuguhkan dalam acara suka cita sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan para leluhur.
Menurut Yusuf, Tarian Te’o Renda dicatatkan sebagai rekor dunia, karena tarian Te’o Renda ini ditampilkan oleh 2.022 siswa-siswi SD dan SMP dari 23 Sekolah di Kabupaten Rote Ndao.
“Pagelaran ini bertujuan untuk mengangkat, melestarikan, mempopulerkan serta menumbuhkan kebanggaan generasi muda atas tarian Te’o Renda, sebagai kreasi budaya asli Kabupaten Rote Ndao,” tandasnya.
Pada acara Festival Rote Malole di Rote Ndao, wilayah paling selatan NKRI; Bank Indonesia bersama Pemkab Rote Ndao dan BPD NTT (Bank NTT, red) menggunakan event ini sebagai edukasi memupuk rasa cinta, bangga dan paham Rupiah.
Sekurang-kurangnya tingkat kesadaran atas Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara dan alat pemersatu bangsa.
Menginspirasi Dunia