Filosofi Burung Elang
Membalut semboyan Marhaban Ya Ramadhan 1445/H 2024 di acara
Buka Puasa Bersama dengan Media Mitra Bank NTT, ustad Umar menekankan perlunya Silaturahmi dan Taqwa.
Dia mengatakan, taqwa artinya hadirnya sebuah kapasitas untuk mencegah manusia untuk tidak melakukan kejahatan.
“Korupsi itu ibarat menggenggam bara api. Jikalau engkau senantiasa menggenggam bara api maka bara api itu akan membakar dirimu. Untuk itu hindarilah hal ini agar tidak menjadikan penyesalan”, kata Umar.
Para Petinggi Bank NTT pose bersama Umat muslim saat buka puasa bersama di Hotel Sahud T-More Kuoang. Tampak Kepala Divisi Corsec Bank NTT, ENDRI Wardono (paling kanan) Doc.marthen radja/ citra-news.com
Hal lain yang juga diangkat ustad Umar dalam tausiahnya itu soal kehidupan Alam Paradiso. Bahwa ‘Alam Paradiso’ ini bisa kita gapai bila kita sanggup beri maaf bagi orang lain.
Maaf itu kondisi psikologis, kata ustad Umar. Memang tidak semudah orang memberikan maaf dan tidak segampang orang rela menerima maaf. Iya kalau hati kita tidak damai maka maaf itu juga tidak kita berikan kepada orang lain.
“Allah mengingatkan kita bahwa memberikan maaf itu merupakan bukti bahwa kita memiliki keluhuran budi, memiliki ketenangan untuk melakukan perjumpaan-perjumpaan kemanusian”, tandasnya.
Dalam tausiahnya ustad Umar mengajak karyawan Bank NTT agar memliki daya juang yang tinggi untuk menaikkan indeks prestasi yang membanggakan.
Untuk menggapai itu maka jadilah dirimu seperti Elang (burung). Ia memiliki daya juang yang tinggi untuk bisa hidup. ia punya integritas dan punya kepandaian yang terpuji.
Burung elang dalam berjuang hidup pantang menyerah. Ia tidak munsur selangkahpun kalau ada masalah. Ia tidak akan terbang ke darat sebelum mendapatkan ikan di tengah samudera.
Jadilah hidupmu seperti elang. Jangan takut menghadapi masalah. Kita harus berani melangkah untuk menujukkan bahwa kita mampu menjadi sumber solusi.
“Bekerja keras dan ulet berjuang itu sudah pasti jadi orang sukses. Ambilah filisogi kehidupan burung elang. Karena ia selalu bekerja keras. Jangan seperti Kelelawar yang hidupnya serba instan. Kelekawar mudah menyerah pada nasib dan tidak berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya”, demikian ustad Umar. +++ marthen/citra-news.com
