Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini
Sosbud  

PANCASILA Keluar Pertama Kali dari Mulut SOEKARNO

CitraNews

Banyak yang percaya Pancasila adalah hasil buah pikir Soekarno. Gagasan itu ia lontarkan pada 1 Juni 1945, (1 Juni 2018 tepat 73 tahun lalu), dalam rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Itulah hari ketika kata ‘Pancasila’ muncul pertama kali di kalangan pendiri negara.

 

RAPAT BPUPKI itu secara khusus membahas tentang dasar negara. Selain Soekarno, Soepomo dan Mohamad Yamin juga merumuskan dasar-dasar negara. Masing-masing lima poin. Banyak dari poin-poin itu isinya nyaris serupa. Hampir-hampir sama prinsipnya dengan Pancasila yang dikenal negara Indonesia sekarang.

Dalam pidato di hadapan para anggota BPUPKI, tercetuslah kata ‘Pancasila’ dari mulut Soekarno.

“Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi,” kata Soekarno waktu itu.

Di sinilah peran penting Soekarno dalam kelahiran Pancasila bersama kolega-koleganya di BPUPKI, hingga dirinya dianggap penggali Pancasila.

Sukarno tentu bangga atas sebutan sebagai penggali Pancasila. Dalam pidatonya yang berjudul “Indonesia Akan Kuat Selama Kita Tetap Setia Pada Pancasila” (5/10/1966), seperti dimuat dalam buku Bung Karno: Masalah Pertahanan-Keamanan (hlm. 70), Soekarno bercerita, dia mendengar banyak orang bilang bahwa “Bung Karno sekadar hanya penggali Pancasila” dan itu tidak dipungkirinya.

Baca Juga :  Program ‘Siswa Mengenal Nusantara’ Sodorkan Budaya Patriotisme

“Loh, memang, memang, memang saudara-saudara, aku berterimakasih syukur ke hadirat Allah SWT bahwa aku dijadikan oleh Tuhan perumus Pancasila; dijadikan Tuhan penggali daripada lima mutiara yang tertanam di dalam buminya rakyat Indonesia ini, yaitu Pancasila,” kata Sukarno dalam pidato di Hari Peringatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Dalam autobiografinya yang dikerjakan Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, dengan rendah hati Sukarno bilang, “Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah.”

Belakangan, setelah naiknya Soeharto menjadi presiden, muncul perdebatan soal penggali Pancasila.

“Ada yang menafsirkan ahli bahasa itu adalah Muhammad Yamin  Walaupun tak bisa disangkal kata Pancasila diucapkan pertama kali secara resmi oleh Sukarno pada 1 Juni 1945,” tulis St. Sularto dan Dorothea Rini Yunarti dalam Konflik di Balik Proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan (2010: 36).

Baca Juga :  Badan Promosi Pariwisata Daerah Cegah Capital Flight

 

Dari Yamin ke Nugroho Lantas Jadi Versi Resmi  

Pada pertengahan 1950an, Muhammad Yamin meminjam satu-satunya salinan yang masih ada di tanah air yang disimpan A.K. Pringgodigdo untuk kepentingan riset mengenai perumusan UUD 1945. Dari dokumen itulah Yamin menerbitkan tiga jilid buku Naskah Persiapan UUD 1945, jilid pertama rilis pada 1959.

Buku Yamin ini menjadi sangat strategis karena pada saat yang sama Yamin tidak mengembalikan salinan notulensi yang ia pinjam dari A.K. Pringgodigdo (sedangkan salinan yang disimpan A.G. Pringgodigdo sudah berada di Belanda dan saat itu belum ada yang tahu di Belanda disimpan di mana). Bertahun-tahun kemudian, setidaknya sampai pertengahan 1990an, buku Yamin praktis menjadi satu-satunya acuan.

Dari sanalah kemudian muncul polemik tentang Hari Lahir Pancasila. Nugroho Notosusanto, sejarawan dari Universitas Indonesia yang mendirikan Pusat Sejarah ABRI, menerbitkan buku Naskah Proklamasi yang Otentik dan Rumusan Pancasila yang Otentik pada 1978. Buku yang semula menjadi brosur untuk bahan pengajaran di internal ABRI ini kemudian menjadi polemik karena dianggap mengecilkan peranan Sukarno dalam perumusan Pancasila.

Baca Juga :  Lagu MAUMERE Manise Kembali BERGEMA di ACARA Akbar KKBM

Dari tiga jilid buku Yamin itulah Nugroho menyusun argumentasinya. Ia membantah Sukarno sebagai penemu Pancasila. Pertama, kata Nugroho, bukan hanya Soekarno yang berpidato tentang dasar-dasar negara. Ada dua orang lain yang menyampaikan pidato yaitu Yamin dan Soepomo. Ketiga-tiganya, kata Nugroho, sama-sama sudah menguraikan lima poin yang ditawarkan sebagai cikal bakal Pancasila.

Nugroho bahkan mengesankan kalau Sukarno hanya “mengikuti” dua nama sebelumnya. Argumentasinya sederhana: karena Yamin dan Soepomo berpidato lebih dulu (29 Mei 1945), sedangkan Sukarno baru berpidato keesokan harinya (1 Juni 1945).

Kedua, pada saat yang sama Nugroho juga menepikan ketiga pidato tersebut dengan alasan bahwa lima sila Pancasila yang kita kenal sekarang tidak sama dengan satu pun rumusan dari Sukarno, Yamin atau Soepomo. Sila-sila Pancasila yang kita kenal sekarang baru diresmikan pada 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi, dalam rapat PPKI yang diketuai oleh Sukarno.