Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

NOSTALGIA Politik Partai BERKARYA dan PDI Perjuangan

CitraNews

Jika Partai BERKARYA merindukan Soeharto dan PDI-Perjuangan kangen Soekarno lalu partai politik lainnya merindukan siapa? Begitulah nostalgia politik terhadap era pemerintahan yang sudah berakhir selalu muncul. Bahkan untuk sosok Soeharto sejak 2004 di Indonesia sudah ada virus yang mewabah. Namanya SARS-Sindrom Amat Rindu Soeharto, kata Dirk Tomsa.

 

Jakarta, citra-news.com – DIRK TOMSA menelaah dalam Party Politics and Democratization in Indonesia (2008) bahwa fenomena yang muncul akibat ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah pasca Orde Baru kemudian dikenal dengan nama “Sindrom Amat Rindu Soeharto”. Menurutnya, sejak tahun 2004 ada virus mewabah di Indonesia. Namanya SARS: Sindrom Amat Rindu Soeharto.

Sebuah bangsa mengingat. Sebuah bangsa juga melupakan. Semua bangsa tak mungkin hadir tanpa mitos dan memori historis bersama. Persaingan politik dalam sebuah bangsa adalah persaingan memori dan mitos mana yang perlu diingat dan, kalau bisa, diwujudkan kembali.

Baca Juga :  JOSUA dan NATALSYA Finalis P3T NTT 2021 Meraih Puncak MONAS

Soeharto meninggal pada 2008, sepuluh tahun setelah menyatakan berhenti dari jabatan presiden yang telah dipegangnya selama 32 tahun. Jasadnya dipendam di Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah.

Setahun setelah ia mangkat, sebuah perdebatan muncul: pantaskah presiden kedua Indonesia itu dianugerahi gelar pahlawan nasional? Ada yang mengingat Soeharto sebagai tiran. Ada pula yang menganggap Soeharto pantas diberi gelar pahlawan karena jasanya sebagai “bapak pembangunan”. Hingga kini, perdebatan tersebut belum berujung simpul.

Baca Juga :  MATHIAS Mengaku BANGGA Memakai KAIN Tenun NTT

Toh, meski Soeharto tak lagi hadir secara fisik di dunia ini, sejumlah gagasannya tetap hidup. Selama dua puluh tahun sejak Soeharto lengser, setidaknya dua partai mengaku sebagai pewarisnya.

Partai BERKARYA didirikan pada 2016, sewindu setelah Soeharto meninggal. Hutomo Mandala Putra, anak kelima Soeharto yang akrab disapa Tommy, menjadi salah satu pendiri partai berlambang beringin tersebut dan kini didapuk sebagai Ketua Umumnya.

Salah satu petinggi Partai Berkarya, Badaruddin Andi Picunang (mantan Sekjen Partai Berkarya), mengatakan, modal utama kampanye partainya jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 adalah slogan “Piye, enak zamanku to?”.

Slogan itu jamak ditulis di samping gambar Soeharto yang tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya. Sejak lima tahun terakhir, ia muncul dalam bentuk meme di media sosial, pakaian, atau lukisan di belakang truk. Konteks empat kata ‘Piye enak zamanku to’ itu dapat dipahami sebagai ajakan kepada pembacanya untuk bernostalgia, membayangkan “keenakan” apa yang mereka dapat selama Soeharto memimpin.

Baca Juga :  Siswa SMK ‘Skill’ Jadi Tuntutan BUKAN Gedung Mewah

Ketika Step Vaesen, wartawan Al Jazeera, menyatakan masyarakat Indonesia masih trauma dengan pemerintahan Soeharto dan tidak akan memilih Partai Berkarya, Tommy membantahnya.

Kata Tommy: “Saya kira enggak. Coba kemarin pada cinta pada Orde Baru. Cinta dengan Pak Harto. Malah mereka rindu dengan keadaan itu.”