Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

PERHUTANAN Sosial Perlu DIOPTIMALISASIKAN Pemanfaatannya

CitraNews
Ir. FERDY J. Kapitan, M.Si (kiri) dalam ekspresi ‘Lima Jari’ simbol Skema PS didampingi Kepala UPT KPH Kabupaten Sumba Barat Daya (kanan) saat berada di Kupang, Rabu 17 Desember 2019. Doc.CNC/marthen radja-Citra News.

Ir. FERDY J. Kapitan, M.Si didampingi Ny. Sartje Willa Huky (tengah) dan Kepala UPT KPH Kabupaten Sumba Barat Daya, Marthen Bullu, S.Hut, di Kupang Provinsi NTT, Senin 16 Desember 2019. Doc. CNC/,marthen radja-Citra News

Ferdy Kapitan : Skema perhutanan social adalah tanam-rawat-dan lestarikan. Gerakan penghijauan (go green) ini secara terus-menerus disosialisasikan sekaligus mengajak masyarakat sadar akan jasa lingkungan (Jasling) sekitarnya.

Citra-News.Com, KUPANG – PEMIKIRAN VISIONER dari Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), VIKTOR Bungtilu Laiskodat adalah NTT Bangkit Menuju Sejahtera Dalam Bingkai NKRI. Alur tindak dari dasar pemikiran ini menjadi pijakan pembangunan NTT 5 (lima) tahun ke depan. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) adalah selaku eksekutor diharapkan mampu menterjemahkan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Baca Juga :  Bangkitkan Rasa Cinta Produk TENUN Bank NTT Fasilitasi KELOMPOK Tenun Ikat Desa NGGOREA
Baca Juga :  Saatnya SOLUSI Petani Menggunakan ECO FARMING (bagian 2)

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT, Ir. FERDY J. Kapitan, M.Si mengatakan, selaku dinas teknis pihaknya mengajak masyarakat untuk terus –menerus menanam dengan jenis pepohonan apa saja guna menutup setiap jengkal tanah (lahan) yang kosong.

“Kami dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan kami  mengajak masyarakat untuk terus-menerus melakukan aksi nyata melalui program gerakan penghijauan (go green). ‘Bangkit’ menurut versi kami adalah menjadikan NTT –nusa terus tumbuh– dengan berbagai jenis tanaman pepohonan (kayu-kayuan) dan non kayu. Karena Dampak ikutan dari lingkungan hutan berkurang adalah air berkurang dan berisiko bencana,”jelas Kapitan ketika ditemui di Kupang, Senin, 16 Desember 2019.