Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

SAATNYA Mewujudkan NTT- the ‘New Tourism Territory’ (bagian-7)

CitraNews

Kemudian pada 5 tahun berikutnya 2013-2018, Gubernur Frans Lebu Raya lebih ‘gila’ lagi dalam menatakelola pembangunan yang ada. Meski pembangunan NTT tetap berkutat pada 8 (delapan) agenda atau lanjutan dari lima tahun sebelumnya, namun ada beberapa bagian kegiatan program yang menjadi stressing point. Dari 4 (Empat) Tekad yang sudah ada plus  2 (dua) Tekad lagi masing-masing Menjadikan NTT Provinsi Pariwisata dan Provinsi Kemaritiman (Pengembangan Kelautan dan Kerikanan). Maka praktis Frans Lebu Raya dalam kepemimpinannya dua periode sebagai Gubernur NTT terlaksana ENAM TEKAD secara simultan. Disadari keenam tekad yang menjadi daya ungkit sekaligus daya dobrak pintu kesejahteraan rakyat NTT ini, diyakini Frans Lebu Raya  tidak akan tercapai bila tidak didukung oleh sarana prasarana yang memadai. Oleh karena itu berbagai terobosan ke pemerintah pusatpun dilakukannya. Ibarat gayung bersambut pemerintah pusat melalui alokasi APBN membangun infrastruktur dan sarana prasarana di wilayah-wilayah sentra ekonomi.  Apalagi dengan ‘Isu Perbatasan dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia maka provinsi NTT pun mendapat skala prioritas dalam pembangunan nasional.

Baca Juga :  Ingin Punya MOBIL? Bank NTT Beri Kredit TANPA Uang Muka

“…Tolong lihat kami (NTT) juga…” demikian inti sambutan Gubernur Frans Lebu Raya ketika Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2013 lalu. Keluh kesah anak negeri di ‘Nusa Tapak Terjal’ – NTT adalah fakta jika pembangunan nasional di era sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk wilayah Indonesia Timur umumnya dan khusus Provinsi NTT, pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana (Sarpras) hampir tidak tersentuh. Apalagi sarana prasarana jalan dan jembatan untuk aksesibilitas moda transportasi dari dan ke daerah kantong ekonomi atau obyek wisata. Karena itu tidak diyana kalau HPN 2013 dan hasil keluh kesah Frans Lebu Raya, seorang anak petani desa kelahiran Wataone Adonara Kabupaten Flores Timur itu adalah ‘titik balik arah’ pembangunan nasional.

Adalah tidak berlebihan jika dikatakan ‘bola api’ yang  digelindingkan melalui sepotong kalimat yang terucap dari Gubernur Frans Lebu Raya di HPN 2013 ke tengah pusaran pemerintahan nasional itu maka fasilitas dan Sarpras pendukung pun terbangun di seantero NTT ‘Nusa Tiada Tara’ ini.

Baca Juga :  Desa KAJONG Suguhkan Produk UNIK di Festival Desa BINAAN Bank NTT

Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkunjung ke Kupang, ia tidak cuma singgah sebentar. Akan tetapi Orang Nomor Satu RI itu harus bermalam dan berkantor di Rumah Jabatan (Rujab)  Gubernur NTT di bilangan Jl. El Tari Kota Kupang. Dan bahkan Presiden SBY bersama ibu negara Ani Yudhoyono juga menapakkan kakinya di Tapal Batas NKRI di Kabupaten Belu dan Malaka. Guna melihat dari dekat model pembangunan yang terjadi wilayah perbatasan darat langsung dengan Negara Timor Leste itu.

Baca Juga :  FESTIVAL Ajang Memasyarakatkan Tanaman KELOR

Lagi-lagi rasa empati kepala negara untuk NTT dipertegas lagi di era Presiden JOKO WIDODO. Jokowi bahkan blusukan hingga ke kandang sapi dan bercengkerama dengan kelompok peternak. Atas undangan Gubernur Frans Lebu Raya juga Presiden Jokowi pada tahun 2014 datang ke NTT dan mengunjungi petani ternak di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang.  Tidak bedanya dengan Presiden SBY, Presiden Jokowi pun berkantor selama beberapa hari di Rujab Gubernur NTT dan berkeliling ke wilayah tapal batas NTT-Indonesia dengan Negara Timor Leste.

Peluh anak negeri yang sudah menetes di Bumi Flobamora ini menjadi catatan sejarah kalau NTT tidak harus dipandang sebelah mata dalam pembangunan nasional.