Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini
Sosbud  

TENUN IKAT Laris Manis Tapi HAK PATEN Nyaris LUMPUH

CitraNews

Bagi NTT mempersiapkan SDM unggul, beber Viktor, baik melalui pendidikan formal maupun non formal yakni melalui balai latihan kerja atau BLK-BLK karena kita punya masalah serius disitu. Untuk pendidikan formal kita terus menjaga agar kualitasnya terus bertambah. Tapi yang paling penting agar seluruh masyarakat memiliki skill (ketampilan) yang memadai.

Kita punya tenun ikat yang telah membudaya di masyarakat. Bahkan industry tenun ikat NTT semakin diminati masyarakat internasional. Kita terus mendorong industry tenun ikat sebagai salah satu sector ekonomi kerakyatan.

Demikian juga industri-industri ekonomi lainnya. NTT punya garam dan rumput laut yang berkualitas dunia. Kita juga tengah mengembangkan industry minuman berakohol berkualitas bernama SOPHIA. Ini semua dikelola melalui tangan-tangan trampil dari SDM rakyat NTT yang tela dipersiapkan melalui lembaga pendidikan formal dan non formal.

Baca Juga :  BMPS NTT ‘Tularkan Virus’ Budaya LITERASI

Tenun Ikat Nominasi Parade Budaya

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah miniaturnya Indonesia. Selain berpulau-pulau juga memiliki adat dan budaya  yang beragam. Dan menjadi ciri khas adalah kain tenun ikat NTT yang menyatukan keragaman budaya yang ada di Flobamorata (Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, Sabu, dan Lembata).

Baca Juga :  Badan Promosi Pariwisata Daerah Cegah Capital Flight

TNI Angkatan Laut berunjuk kebolehan di depan Gubernur Viktor dan Forkompinda di Alun-Alun Rujab Gubernur NTT, Senin 19 Agustus 2019. Doc. CNC/marthen radja.

Fakta ini tergambar dalam parade (karnaval) budaya dalam rangka memeriahkan HUT ke-74 Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2019. Dimana peserta karnaval berunjuk kebolehan mereka pada  Senin, 19 Agutus 2019, lebih mendominasi busana adat tenun ikat.

Baca Juga :  GEBYAR Bulan Keluarga TUMBUHKAN Semangat SOLIDARITAS

Salah seorang peserta karnaval yang meminta namanya tidak dipublikasi mengatakan, setiap tahun peserta karnaval tidak luput mengenakan pakaian adat dari masing-masing daerah. Bahkan di era kepemimpinan Gubernur Viktor, beliau mewajibkan para pegawai ASN dan Non ASN mengenakan kain tenun ikat. Tujuannya untuk lebih memasyarakatkan kain tenun ikat dan mengedukasi generasi muda mencintai budaya sendiri.