Coba bayangkan rumit lho proses pengerjaannya, ucap Nazir -demikian Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT – ini akrab disapa
Mulai dari pencelupan benang dari warna akar kayu alam dari kandungan bumi pertiwi Kabupaten Alor. Kemudian pemintalan benang merah dan putih berukuran masing-masing 100 meter. Lalu proses tenun hingga menghasilkan kain tenun bendera Merah Putih (MP) sepanjng 100 meter.
Nazir mengatakan, ide awalnya ini datang dari Bunda Julie Laiskodat untuk kami coba mencari untuk menemukan kelompok tenun ikat yang bisa menenun kain Bendera Merah Putih.
“Dalam hati saya katakan wah ini ide gila, nich. Persoalan kain tenun sepanjang 100 meter memang, iya siapa yang sanggup? Ini tentu hal yang menantang dari ibu Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie Laiskodat bagi saya selaku kepala dinas. Tapi saya upayakan dan coba menjajaki hal ini ke 23 kabupaten/kota di NTT. Untuk benang ditanggung bunda Julie tapi proses pembuatannya dikerjakan oleh kelompok tenun ikat. Iya, alhamdulliah ibu Pdt. Liem menyatakan kelompok binaannnya sanggup menenun”, beber Nazir.
Kepada awak portal berita citra-news.com, Nazir menjelaskan sepak terjang pembuatan kain tenun bendera Indonesia ini oleh 8 (delapan) kelompok mama-mama. Dan hasil karya tenunan kain Bendera Merah Putih sepanjang 100 meter dari Kabupaten Alor ini, adalah Kado Dari NTT Untuk Indonesia di masa Gubernur VIKTOR Bungtilu Laiskidat dan Wakil Gubernur JOSEF Adrianus Nae Soi.
Ini merupakan yang pertama kalinya buah karya (hasil inisiasi) dari kelompok mama-mama Desa Ternate. Kain Tenun Bendera Merah Putih sepanjang 100 meter, ia tercipta berkat modal nekat dari anak negeri yang terlahir dari rahim Alor Negeri di Timur Matahari.
Walau dari peratan sederhana dan bahan alami seadanya tapi hasilnya membahana dunia, ungkap Nazir. Karena telsh mendapat pengakuan (legitimasi) dari Rekor MURI Internasional saat festival tenun ikat nasional di Jakarta pada akhir Mei lalu. Festival ini dalam rangka menyongsong peringatan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni 2023.
Hingga masuk kategori Rekor MURI Internasional, menurut Nazir, tentunya tahapan penilaiannya rumit dan dirahasikan. Uniknya, diproses dari alat tenun tradisional dan pewarna alami (natural).