Masalah utama bagi para jihadis pro ISIS di Indonesia, kata Greg, adalah tidak memiliki kemampuan. Mereka butuh sedikit orang yang bisa berbagi keahlian untuk dapat meningkatkan ancaman teroris.
“Dita menjadi contoh ini dan polisi tak memiliki informasi banyak soal dirinya. Tapi jika Dita mendapatkan pengetahuannya secara online, ini pun akan menjadi hal yang baru,” imbuhnya.
Saat ditanya soal radikal dan toleransi di Indonesia, Greg berpendapat bahwa meningkatnya radikal Islam sedikit berlebihan.
“Bisa dikatakan berlebihan jika dikatakan adalah sebuah grup yang ingin penegakkan syariah atau mengubah Indonesia jadi negara Islam. Karena politik Islam di Indonesia tidaklah efektif, meski media melaporkannya seolah sudah terjadi,” ucapnya.
Menurutnya bibit radikal sebenarnya bisa dihentikan jika ada saluran politik yang sehat. Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik untuk menyampaikan suara serta memberikan kesempatan maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukan aksi radikal. Untuk kondisi di Indonesia sekarang lebih memungkinkan untuk membuat semua kalangan terlibat politik yang sehat.
“Tapi ada sebagian kecil yang juga menolak apa yang disebut demokrasi dan ingin menggantinya dengan sistem lain. Seberapapun pluralisnya sebuah negara, tetap akan selalu ada sejumlah kecil yang menolak pandangan ini,”tambah Greg.