Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini
Sosbud  

Mengapa Paskah Selalu Diperingati di Tanggal yang Berbeda?

“Secara sederhana, kalender dan sains terbaik yang ada kini tidak lagi digunakan untuk perhitungan Paskah yang menghasilkan perayaan Paskah Gereja Ortodoks yang kerap tidak sinkron dengan fenomena astronomi: ekuinoks vernal, bulan purnama paskah dan sering diperingati saat sudah lama masuk musim semi,” jelas Fotopoulos.

Di tengah perbedaan itu, usaha-usaha untuk menunggalkan tanggal Hari Paskah bermunculan para pemimpin tertinggi umat Kristen sejak lama.

 Catholic News Agency melansir  Paus Koptik Tawadros II menulis surat kepada Paus Fransiskus pada 2014 yang isinya meminta pertimbangan untuk melakukan upaya baru menunggalkan tanggal Paskah. Pada Juni 2015, Paus Fransiskus mengatakan kesepakatan bersama bahwa tanggal tunggal Hari Paskah mesti dicapai berdasarkan perhitungan kalender Gregorian gereja Ortodoks.

Seminggu kemudian, National Catholic Reporter  melansir Aphrem II, pemimpin tertinggi gereja Ortodoks Suriah yang mengatakan kepada Paus Fransiskus bahwa dua tanggal berbeda dalam merayakan Paskah adalah sumber ketidaknyamanan.

Pada bulan Januari 2016, nama Persekutuan Gereja Anglikan, Uskup Agung Canterbury Justin Welby mengumumkan bahwa mereka bergabung bersama perwakilan Katolik, Koptik dan Ortodoks untuk menetapkan tanggal tunggal Paskah. Sebagaimana dikutip The Telegraph, Welby menyarankan Paskah diperingati pada hari Minggu kedua atau ketiga bulan April kalender Gregorian. +++ cnc/web

 

Benarkah Ada Bintang yang Mengiringi Kelahiran Yesus?

Segala usaha dilakukan untuk mencari tahu keberadaan “bintang” yang mengiringi kelahiran Yesus ini.

citra-news.com – SALAH satu ayat dalam Injil Matius menceritakan orang-orang majus yang bertandang ke Yerusalem guna mencari tahu kelahiran Yesus. Kabar itu membuat Peter Barthel amat penasaran. Injil Matius (2:1) menyebutkan, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herod, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem.

Baca Juga :  Bupati ROBY Galakkan Program SADAR SAMPAH

Sesampainya di sana, mereka bertanya-tanya kepada Herod. “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia,” sebut Injil Matius (2:2).

Raja Herod dan seluruh Yerusalem merasa terganggu. Melalui penasihatnya, Herod tahu bahwa raja yang bikin penasaran orang-orang majus itu pasti lahir di Betlehem. Ia pun mengarahkan mereka untuk pergi ke sana.

Dalam perjalanan, orang-orang majus menemukan, sebagaimana diceritakan Injil Matius (2:9), bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka dan berhenti di atas tempat Yesus berada. Pada berbagai tradisi, “bintang-Nya di Timur” yang menyertai kelahiran Yesus itu jamak disebut sebagai bintang Betlehem atau bintang timur.

Tiga Majus, Tiga Orang Bijak, dan Tiga Raja

Dalam sebuah artikel berjudul “What, If Anything” yang dimuat dalam The Star of Bethlehem and the Magi (2015), Barthel menilai bintang Betlehem adalah salah satu kisah benda langit yang indah dan memukau. Keterpukauan yang sama memantik para seniman untuk mengabadikannya. Salah satunya tertuang dalam lukisan “The Adoration of the Magi” yang dibuat Leonardo da Vinci dan Domenico Ghirlandaio pada abad ke-15.

Baca Juga :  Benyamin : Beda SEKOLAH Berbeda KEBUTUHAN

Tiga orang majus itu juga kerap disebut “Tiga Orang Bijak” yang berakar dari kata dalam bahasa Yunani “magoi”. Sedangkan dua penulis Romawi, Tertullian (160-230 M) dan Origen (185-254 M), menyebut mereka “Tiga Raja”.

Alison Barnes dalam artikel di History Today (Desember 2007) berjudul English Legends of the Three Kings menjelaskan, nama tiga raja itu muncul pada abad ke-6 dalam manuskrip Yunani Excerpta Latina Barbari. Ketiganya bernama Caspar, Balthasar, dan Melchior.

Kisah ketiganya menjadi populer dalam cerita rakyat Inggris. Melchior merupakan Raja Arabia yang mempersembahkan emas. Balthasar memiliki jenggot dan merupakan Raja Etiopia yang mempersembahkan kemenyan. Caspar merupakan Raja Tarsus yang mempersembahkan dupa.

Suatu kali, Barthel, seorang profesor astrofisika di Kapteyn Institute of the University of Groningen, bertanya kepada seorang teolog mengenai kisah tiga orang majus dan keberadaan bintang tersebut. Beberapa teolog yang dijumpainya menjawab, “Itu hanya sebuah cerita yang dikarang evangelis.” Sementara teolog lainnya berkata, “Bintang itu bukan urusanmu, astronom!”

 Bintang Betlehem yang Penuh Teka-teki

Hasil penelitian gurubesar astronomi dan astrofisika Louisiana State University Bradley E. Schaefer yang berjudul “An Astronomical and Historical Evaluation of Molnar’s Solution” menjelaskan, setidaknya ada sejumlah tipe pernyataan orang-orang ketika ditanya mengenai bintang Betlehem.

Pertama, mereka yang menjawab bintang Betlehem adalah dongeng semata yang secara faktual tidak eksis. Kedua, mereka yang mengklaim bahwa kata-kata Matius tersebut menggambarkan keajaiban, yakni sesuatu yang melampaui hukum fisika.

Baca Juga :  Merasa Dinas PK NTT KANGKANGI Aturan ZONASI Orangtua SISWA Datangi ADPRD NTT

Meski berbeda, kedua jawaban berdampak pada berhentinya usaha pencarian terhadap bintang Betlehem. Jika yang pertama berhenti mencari karena mereka percaya bintang Betlehem tidak ada, yang kedua berhenti karena ia adalah mukjizat.

Selain itu, Schaefer juga mencatat jawaban ketiga, yang muncul dari orang-orang yang bergelut dengan dunia astronomi, sejarah, dan budaya. Bagi mereka, menurut Schaefer, bintang Betlehem menjadi misteri tersendiri yang perlu dipecahkan.

Ditinjau dari segi astronomi, David A. Weintraub, dalam artikelnya di The Conversation, “Can Astronomy Explain the Biblical Star of Bethlehem?”, membeberkan keanehan dalam kesaksian penasihat Herod mengenai bintang Betlehem.

Menurut Weintraub, “Bagaimana mungkin penasihat Raja Herod sendiri tidak mengetahui bintang yang begitu terang dan jelas sehingga bisa membawa orang-orang majus ke Yerusalem?”

Selain itu, bintang Betlehem merupakan bintang di timur. Namun orang-orang majus itu, berdasarkan arahan Herod, justru pergi ke Betlehem yang letaknya di sisi selatan Yerusalem. Entah bagaimana pula bintang Betlehem “berjalan di depan mereka” sampai di tempat bayi Yesus berada.

“Seseorang dapat mengklaim bahwa kata-kata Matius menggambarkan sebuah keajaiban, sesuatu yang melampaui hukum fisika. Tapi Matius memilih kata-katanya dengan hati-hati dan menulis ‘bintang-Nya di timur’ dua kali, yang menunjukkan bahwa kata-kata ini sangat penting bagi pembacanya,” sebut Weintraub.

Bagi Weintraub, jawaban atas keberadaan bintang Betlehem juga mesti bisa menjelaskan berbagai keanehan tersebut.