Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

Dawai HUT NTT ke-61 MENGGETAR Kalbu

CitraNews

Bergeser dari perihal tempat penyelenggaran, melalui tulisan awal ini sebagai refleksi perjalanan kepemimpinan di pemerintahan Provinsi NTT. Tentang apa yang sudah dan sedang dibuat pemerintah Provinsi NTT dalam hal ini Gubernur selaku kepala daerah atau sebagai wakil dari pemerintah pusat yang ada di daerah untuk mensejahterahkan masyarakat NTT.

Bila diurutkan siapa Gubernur NTT selama 60 tahun otonomi Provinsi NTT, dipastikan ada 7 (tujuh) nama yang berkuasa agak lama waktunya diatas satu tahun. Masing-masing WJ Lalamentik, El Tari, Ben Mboy, Herman Fernandez, Herman Musakabe, Piet Alexander Tallo, dan Frans Lebu Raya.

Sedangkan satu nama lainnya hanya sekitar 6 bulan mengisi kevakuman kekuasaan. Dialah Waang Suwandi mengisi paruh waktu lantaran El Tari mangkat dalam masa jabatan sebagai Gubernur NTT ke-2 Provinsi NTT. Gubernur EL TARI putra asli asal NTT tepatnya dari pulau Sabu (Sawu) adalah sosok peletak dasar pembangunan NTT. Dengan program briliantnya, “Tanam, Tanam, Sekali Lagi Tanam”.

Baca Juga :  PENCETUS Ende Kota PANCASILA Telah BERPULANG

NTT yang diplesetkan –Nusa Terjal Tandus- dipenuhi dengan beragam pepohonan bertumbuh rimbun nan rindang. Apalagi pemerintah pusat mengintervensinya dengan sejumlah dana APBN menjadikan NTT berubah dari plesetan negative. NTT menjadi –Nusa Terus Tumbuh– dengan sumber daya alam yang berlimpah rua. Serta bertumbuh pula sumber daya manusia dengan menduduki posisi jabatan strategis di semua lini pemerintahan. Baik di pusat maupun di daerah termasuk jabatan sebagai gubernur.

Tak pelak pasca Gubernur El Tari SDM ini mulai menjalar ke dikotomi putra daerah. Mulai dari El Tari hingga Gubernur NTT saat ini, Viktor Bungtilu Laiskodat. Secara berurutan setelah El Tari adalah BENEDIKTUS Aloyisius Mboy atau akrab disapa Ben Mboy, putra asal Manggarai, empunya buaya darat hewan langka yang menjadi icon dunia. Hewan langka Komodo itu hingga kini terus memantik dan menjadi daya pikat bagi wisatawan mancanegara (Wisman) dan Wisdom (wisatawan domestic). Bahkan di era Gubernur VIKTOR Bungtilu Laiskodat, menjadikan Komodo salah satu prime mover ekonomi NTT.

Baca Juga :  Yel 'Dari REBUNG Jadi Hutan BAMBU' Semarakkan Lokakarya LAND4LIVES

Setelah Ben Mboy yang berasal dari ujung barat Flores, SDM putra daerah terus bergerak maju menuju ke ujung timur Flores. Yakni muncul sosok yang bernama HERMAN Fernandez yang berasal dari Kabupaten Flores Timur (Flotim). Setelah NO Fernandez (sapaan khas orang Nagi) muncul lagi putra daerah asal Kabupaten Ngada, HERMAN Musakabe. Gubernur NTT yang berlatar belakang pendidikan militer (TNI AD) ini pun tidak luput dari bidikan pemerintahan RI di era Presiden Soeharto. Berbicara soal kekayaan alam Kabupaten Ngada, kopi Arabica berkualitas ekspor bersebaran di pasaran dunia.

Baca Juga :  Membidik KURSI Pemilu 2024 di Turnamen SEPAK BOLA (Part-1)

Dari Amekae Musakabe kembali ke awal mula kejadian yakni dari pulau Sabu Raijua yang kini sudah otonomi jadi kabupaten (mekar dari Kabupaten Kupang). Dialah PIET Alexander Tallo, Ama  Sabu yang terkenal dengan program, Tiga Batu Tungku. Tidak tanggung-tanggung selama dua periode (10 tahun) Ama Sabu ini jadi Gubernur NTT. Meski tegas namun sangat ‘kebapaan’ Piet Tallo sanggup merubah budaya malas masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Konon, saat menjadi Bupati Kabupaten TTS, Ama Sabu Piet Tallo pernah kasi makan lumpur warga TTS setelah kedapatan duduk ‘tengaga’ (duduk tanpa aktivitas membungkus badan dengan kain selimut) di pinggir jalan padi hari saat Sang Bupati ini melintasi jalan.

-VIKTOR Bungtilu Laiskodat-