Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

Gerakan TJPS Antara TANTANGAN dan HARAPAN (Seri-2)

CitraNews

“Gerakan TJPS ini sesungguhnya panen hewan ternak. Baik hewan sapi, babi, dan unggas,”ucap Ir. SEMUEL Rebo, M.Si seperti dikutip citra-news.com, Kamis 24 September 2020.

Mempertegas pernyataan sang Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Prov.NTT tersebut, Lucky menyatakan kita memilih tanaman jagung karena jagung merupakan tanaman yang sangat compatible. Selain bertahan hidup di segala musim, hasilnya juga multiplier effect.

“Secara implisit gerakan TJPS bertujuan untuk membangun ketahanan pangan keluarga juga kaya akan protein nabati. Apalagi di areal jagung dilengkapi dengan tanaman sela seperti kacang-kacangan, sayur-sayuran dan tanaman holtikultura lainnya,”kata Lucky.

Baca Juga :  MANDIRI dan Mimpi KESEJHTERAAN Rakyat di Bumi SARAI (Catatan-1)

Kika : Lucky F.Koli (kiri) dalam giat TJPS menjawab tantangan alam NTT dengan hasil tanaman jagung diatas lahan uji coba gerakan TJPS tahun 2020. Doc. marthen radja/citra-news.com/distanbunntt.

Menurut dia, pelaksanaan Gerakan TJPS ini adalah hal menantang. Tetapi sekaligus memberikan multiplier effect dalam upaya pemerintah meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Masih ada banyak lahan potensial. Sekalipun lahan kering tapi bisa kita dayamanfaatkan melalui intervensi program yang kolaboratif.

Melalui gerakan TJPS kami yakin warga petani mendapat azas manfaat yang berlipatganda. Yakni dapat membangun ketahan pangan bagi daerah; tersedianya protein nabati dan hewani bagi masyarakat; serta menumbuhkembakan kebiasaan masyarakat untuk menabung.

Baca Juga :  Pedagang 'Paris' Berjubelan Minta QRIS Inovasi Bank NTT

Karena dari hasil produksi jagung selain untuk konsumsi juga untuk pakan ternak. Selebihnya bisa dijual ke pihak offtaker. Dari hasil penjualan jagung sebagian rupiah untuk membeli ternak induk untuk dikembangbiakan. Hasil sebagiannya disimpan sebagai tabungan hari tua.

Hitung-hitungan secara ekonomis, beber dia, bila diatas lahan seluas 1 HA  ditanami jagung komposit akan menghasilkan 5 ton jagung pipil. Bila terjual akan menghasilkan Rp 15 juta, yang kalau dikompilasikan dengan harga ternak maka bisa didapat petani 5 ekor babi atau 10 ekor ayam. Nah bisa dihitung jika ditanam jagung jenis hibrida diatas lahan 1 HA? Hampir pasti hasil jagung hibrida lebih besar dari jenis jagung komposit.

Baca Juga :  Langkah Politik BOBY Pakh di Mata Ibrahim MEDAH

Effect lain dari tanam jagung adalah batang dan daunnya untuk pakan ternak. Karena kita ketahui bersama bawa kendala terbesar dalam upaya pengembangan ternak di NTT adalah terbatasnya pakan ternak. Bukankah naik turunnya berat badan ternak (sapi) bisa berpengaruh soal harganya di pasaran?