Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

JURNALISTIK dan Organisasi PROFESI (Bagian 2- Habis)

Reporter: Marthen RadjaEditor: Redaksi
CitraNews

Ini membantu memastikan bahwa pembaca mendapatkan gambaran selengkap dan seakurat mungkin tentang perkembangan yang layak diberitakan.

Bahasa adalah Roh Jurnalistik

Jurnalisme adalah produksi bahasa dan kata-kata, tulisan dan lisan. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara bahasa tulisan dan bahasa lisan.

Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa bahasa lisan diperoleh sejak lahir. Artinya, sejak usia tertentu sebagai anak kita harus sudah bisa berbicara.

Oleh sebab itu, ketidakmampuan mengucapkan kata-kata hingga usia tertentu membuat takut orang tua.
Namun, anak yang sehat tidak mengalami keterlambatan bicara, speech delay melainkan berbicara dengan akurat sesuai perkembangan usianya.

Jadi, bahasa lisan adalah bahasa yang diperoleh melalui kemampuan bawaan, dan karena kemampuan bawaan itu, manusia dibedakan dari binatang. Lihat nanti, misalnya, apa yang dikatakan Aristoteles tentang ucapan dan tangisan.

Baca Juga :  UNIK, Dinas LHK TTU Bangun RUMAH Diatas POHON

Pidato mengungkapkan pikiran, tetapi teriakan mengungkapkan rasa sakit atau emosi. Jadi berbicara adalah bawaan, tetapi menulis adalah keterampilan yang berkembang melalui latihan.

Menulis membutuhkan bimbingan khusus. Artinya, sekalipun anak dapat mengucapkan alfabet dari A sampai Z, mereka mungkin tidak dapat menulisnya. Sebab, menulis membutuhkan koordinasi antara pikiran dan tangan untuk menyelesaikan huruf A, B, C, dst.

Oleh karena itu, diperlukan latihan untuk merangsang saraf motorik dan menghubungkannya dengan sistem saraf pusat. Barulah setelah menulis huruf, kemampuan menulis kata dan selanjutnya kalimat mulai berkembang.

Berita adalah reportase. Kekuatan utamanya adalah bahasa dan kata-kata. Ketika reporter radio dan televisi meliput, citra dan suara menjadi dominan dalam laporannya.

Baca Juga :  Nunang : “IJAZAH Ditahan Sejak ALEX Sampai ASA Jadi Kasek”

Namun, tidak demikian dengan reporter surat kabar. Meskipun kemampuan menulis dalam reportase radio dan televisi kurang lebih dimiliki jurnalis, bagi wartawan dan redaktur surat kabar laporan jurnalistik sudah pasti dan inheren merupakan laporan tertulis.

Dalam hal ini semua suara, gerakan tubuh (gesture) diwakili dalam kata-kata tertulis, yang direkonstruksi dalam berita atau feature.

Sebuah peristiwa diberitkan melalui tulisan sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di sekitarnya.

Oleh karena itu, kekuatan terpenting dari karya jurnalistik adalah bahasa dan kata-kata, tertulis dan lisan. Dalam hal ini, kemampuan berbahasa dan atau menulis adalah milik setiap jurnalis.

Menurut saya, jurnalis televisi dan radio sangat perlu melatih dan mengembangkan kemampuan retorika (maksudnya retorika sebagai disiplin ilmu), sedangkan wartawan dan editor surat kabar adalah tata bahasa dan sintaksis.

Baca Juga :  RAPIMWIL Partai Berkarya NTT Hadirkan SEKJEN Budi Santoso

Kepala Kantor Bahasa Provibsi NTT. ELIS Setiati saat membuka kegiatan Workshop Peningkatan Kemahiran Berbahasa: Penyegaran Kemahiran Berbahasa Bagi Wartawan Media Massa Se-Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Kupang tanggal 11-14 April 2023. Doc. marthen radja/citra-news com

Jadi, jurnalisme didedikasikan untuk bahasa dan kata-kata sepanjang hidup.

Kenyataan ini menuntut wartawan untuk melatih diri, menata bahasa dan kata-kata yang mencerminka dirinya sebagai seorang yang profesional dalam dunia jurnalistik.

Saya pikir dibutuhkan latihan untuk bahasa dan kata-kata, tertulis dan diucapkan untuk diucapkan atau disampaikan dengan baik.

Sumber: Maxi Biae Dae
Disclaimer: Artikel Ini Merupakan Kerja Sama CitraNews.Com Dengan Kantor Bahasa Provinsi NTT, UU Pers No.40 Tahun 1999. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Kantor Bahasa Provinsi NTT, UU Pers No.40 Tahun 1999.