Iklan Baris :
Ingin Pasang Iklan, Klik disini - Ingin Koreksi, Klik Teks ini

Peluh Anak Negeri di Nusa Tapak Terjal – NTT (Bagian 6)

CitraNews

Di Era Gubernur FRANS LEBU RAYA fajar kesejahteraan rakyat NTT menampakkan terang benderang dan ekonomi rakyat pun bertumbuh subur. Ini dibuktikan dengan angka kemiskinan terus menurun setiap tahunnya. Bertumpu pada periode pertama Gubernur  Frans Lebu Raya dan Wagub ESTHON FOENAY telah meletakan 8 agenda pembangunan dengan spirit Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera. Agenda pembangunan nan brilian dengan tagline ‘ANGGUR MERAH’ itu melahirkan 4 Tekad pembangunan. Masing-masing menjadikan NTT- Provinsi Ternak, Provinsi Jagung, Provinsi Cendana, dan Provinsi Koperasi- Hasilnya? Pelaksanaan tekad program yang diarsiteki masing-masing dinas terkaitpun cukup menggembirakan bila tidak dikatakan cemerlang.

Kemudian pada 5 tahun berikutnya 2013-2018, Gubernur Frans Lebu Raya lebih ‘gila’ lagi dalam menatakelola pembangunan yang ada. Meski pembangunan NTT tetap berkutat pada 8 (delapan) agenda atau lanjutan dari lima tahun sebelumnya, namun ada beberapa bagian kegiatan program yang menjadi stressing point. Dari 4 (Empat) Tekad yang sudah ada plus  2 (Dua) Tekad lagi masing-masing Menjadikan NTT Provinsi Pariwisata dan Provinsi Kemaritiman (Pengembangan Kelautan dan Kerikanan) maka praktis Frans Lebu Raya dalam kepemimpinannya dua periode sebagai Gubernur NTT terlaksana ENAM TEKAD secara simultan. Masing-masing NTT – Provinsi Ternak, Provinsi Jagung, Provinsi Cendana, Provinsi Koperasi, Provinsi Pariwisata dan Provinsi Kemaritiman-.

Keenam tekad yang menjadi daya ungkit sekaligus daya dobrak pintu kesejahteraan rakyat ini, diyakini Frans Lebu Raya  tidak akan tercapai bila tidak didukung oleh sarana prasarana yang memadai.  Peluh anak negeri di Nusa Tapak Terjal – NTT akan sia-sia jika tidak ada sarana air bersih/air baku dan atau prasarana jalan dan jembatan untuk aksesibilitas moda transportasi dari dan ke daerah kantong ekonomi atau obyek wisata. Dari hasil keluh kesah Frans Lebu Raya, seorang anak petani desa kelahiran Wataone Adonara Kabupaten Flores Timur itu ke pemerintah pusat maka fasilitas dan Sarpras pendukung pun terbangun.

Baca Juga :  Butuh Inovasi di Saat Pandemi COVID-19

Adalah tidak berlebihan jika dikatakan proses awal hingga terbangun Sarpras di Provinsi NTT bermula ketika Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2013. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkunjung ke Kupang, ia tidak cuma singgah sebentar. Akan tetapi Orang Nomor Satu RI itu harus bermalam dan berkantor di Rumah Jabatan (Rujab)  Gubernur NTT di bilangan Jl. El Tari Kota Kupang. Dan bahkan Presiden SBY bersama ibu negara Ani Yudhoyono juga menapakkan kakinya di Tapal Batas NKRI di Kabupaten Belu dan Malaka. Guna melihat dari dekat model pembangunan yang terjadi wilayah perbatasan darat langsung dengan Negara Timor Leste.

Baca Juga :  Prof Fred Benu Ungkap FAKTA Sejumlah KEMAJUAN Bank NTT

Lagi-lagi rasa empati kepala negara untuk NTT dipertegas lagi di Era Presiden JOKO WIDODO. Jokowi bahkan blusukan hingga ke kandang sapi dan bercengkerama dengan kelompok peternak. Atas undangan Gubernur Frans Lebu Raya juga Presiden Jokowi pada tahun 2014 datang ke NTT dan mengunjungi petani ternak di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang.  Tidak bedanya dengan Presiden SBY, Presiden Jokowi pun berkantor selama beberapa hari di Rujab Gubernur NTT dan berkeliling ke wilayah tapal batas NTT-Indonesia dengan Negara Timor Leste.

Peluh anak negeri yang sudah menetes di Bumi Flobamora ini menjadi catatan sejarah kalau NTT tidak harus dipandang sebelah mata dalam pembangunan nasional. Masa lalu yang kelam biarlah terkubur oleh masanya. Meski NTT ini dipandang Nusa Tapak Terjal namun siapapun dia kalau hanya sekali saja datang tidak akan terpuaskan.  Buktinya, sudah ada 7 (Tujuh) orang Presiden RI tapi satu-satunya Presiden yang lebih sering datang ke NTT adalah Presiden Joko Widodo alias Jokowi.  Selama 5 tahun menjadi Presiden RI hampir setiap tahun berkunjung ke NTT. Ada agenda-agenda penting kenegaraan yang memaksa Jokowi harus turun menyapa rakyat di Pulau Rote, sebuah pulau yang terletak di ujung Selatan Indonesia. Ini terjadi pada Januari 2018 dimana Presiden Jokowi membasuh kakinya dengan air laut di perairan Pantai Nemberala. Meski hanyalah saksi bisu namun Presiden Jokowi sudah bertatapan langsung dengan perairan laut batas teritori dengan Negara Australia itu.

Baca Juga :  Bank NTT Gelar FESTIVAL Akbar, Apa Saja?

Lalu apa gerangan antara Joko Widodo dengan Frans Lebu Raya demikian solmate? Patut diberi apresiasi jika saja kedua sosok dan tokoh ini memiliki rasa empati yang sama kepada rakyat NTT. Karena apalah artinya jabatan yang diemban jika rakyatnya hidup porak-poranda dan miskin papa oleh akibat ketidakadilan dalam pembangunan. Maka untuk mengangkat derajat pembangunan di Provinsi NTT  Presiden Jokowi berniat membantu NTT, diantaranya menggelontorkan dana triliunan untuk pembangunan 10 bendungan dari dana APBN. Tidak terkecuali juga Sarpras jalan dan jembatan yang menghubungkan daerah-daerah kantong ekonomi.

Khususnya pembangunan 10 buah bendungan yang direncanakan, paling tidak ada 7 buah bendungan yang nantinya terbangun dalam lima tahun periode kedua Gubernur Frans Lebu Raya atau selama 5 tahun pertama Presiden Jokowi (jika rakyat Indonesia harus berharap untuk lima tahun berikutnya di Pilpres 2019).  Karena dari 7 (tujuh) buah bendungan dua diantaranya sudah beroperasi setelah dirasmikan oleh Presiden Joko Widodo.   Masing-masing Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu dan Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang.