LUCKY F. Koli (kiri) dan JUSUF Adoe (kanan). Doc. marthen radja/citra-news.com
Lucky menyebut beberapa strategi yang bakal dilakukan untuk mendongkrak luasan lahan TJPS dari target yang ada. Diantaranya, mengoptimalisasi lahan-lahan yang berada pada catchmen area aliran sungai. Berikut, mengoptimalisasi lahan-lahan di daerah irigasi. Dan mengoptimalisasi dan memanfatkan lahan menggunakan sistem pompanisasi. Artinya melalui sumur bor air kita manfaatkan untuk pengaliran lahan jagung yang ada.
“Untuk data cekungan air tanah dalam kita sudah peroleh dari Dinas ESDM. Sambil menunggu penyesuaian anggaran apakah di APBD Murni 2021 atau APBD Perubahan. Untuk action-nya nanti kita kolaborasikan kegiatan dengan intansi terkait lainnya, seperti Dinas PUPR. Saya yakin melalui upaya kerjasama dan kerja keras kita bisa,”kata Lucky.
Pada tahun 2020 ini, tambah dia, sedang dilakukan semacam ‘uji coba’ program TJPS di lahan milik Pemprov NTT di Besipae TTS. Ada 10 hektar di Besipae oleh Dinas pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT membudidaya tanaman Marungga (kelor). Selain itu akan dikembangkan tanaman jagung dan tanaman holtikultura lainnya di atas luasan lahan sekitar 50-100 hektar.
“Dinas kami diberi kewenangan untuk kelola lahan di Besipae. Melalui program TJPS Dinas kami akan menjadikan Besipae kawasan ekonomi baru bagi masyarakat Kabupaten TTS khususnya dan Timor pada umumnya,”ucap Lucky.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTT, JUSUF Adoe mengakui, pihaknya telah berkolaborasi kegiatan dengan Distanbun dalam hal geolistrik.