“Perempuan dan laki-laki harus bersama-sama mencapai apa yang menjadi tujuan bersama. Iya, kesejahteraan bagi bumi, bagi negara, dan bagi seluruh kehidupan,” tegasnya.
Nah, kalau perempuan itu hadir dia melengkapi berbagai hal yang sudah dilakukan laki-laki.
Makanya, sambung dia, kita membutuhkan kesetaraan (gender). Iya dalam konteks itu. Konteksnya bukan siapa mendahului siapa, atau siapa mau merebut apa.
Akan tetapi konteksnya adalah bagaimana perempuan dan laki-laki setara dalam melakukan berbagai tugas dan tanggung jawab.
Sebagai panggilan negara, lanjut dia, iya itu tugas perempuan dan laki-laki.
Ada Langkah Konkrit dari Perempuan
Dalam momentun hari Kartini ini, ucapnya mengajak, mari kita terus memberikan dorongan dan semangat kepada perempuan bahwa dulu pernah ada pejuang (Raden Ajeng Kartini, red).
Dan hari inipun ada perempuan-perempuan yang sudah mendapatkan posisi atau tempat-tempat strategis. Dia harus juga bisa menjadi Kartini-Kartini masa sekarang. Untuk juga memberikan inspirasi kepada perempuan-perempuan milenial untuk tetap maju berjuang.
“Iya ini masih sedang berlangsung. Memang membutuhkan proses dan energi yang besar untuk bagaimana terus berupaya mengadvokasi, mencerahkan tentang kehadiran perempuan,” kata Emy.
Apresiasi, sambung dia, harus kita berikan kepada perempuan NTT. Bahwa langkah konkritnya sudah ada. Kalau hari ini kita bicara DPRD Provinsi NTT ada 13 perempuan.