Tapi intinya, tegas Puageno, ketika penyerahan dokumen Ranperda Perubahan APBD 2018 beliau (Gubernur Viktor) tidak menyatakan apa-apa. Juga saya (Puageno) atas nama pimpinan dewan menerima untuk dibahas lebih lanjut. Saya juga tidak menganggap dinamika itu hal yang biasa atau yang luar biasa juga. Ini pemimpin baru kan? Dan saya tidak berupaya masuk pada apa yang dipersepsikan oleh teman-teman. Silahkan. Kalau saya iya begitu. Harus bisa menjembati dua lembaga ini. Sayakan harus bisa meredam dengan bahasa tubuh (gesture). Saya kan pegang lengan tangan kiri beliau supaya iya jangan….iya seperti meredam begitu. Tapi karena ketersinggungan itu lalu menjadi hal yang dibesar-besarkan.
Seperti diberitakan citra-news.com sebelumnya, Novianto UMBU Patty Lende mengatakan, sudah lazimnya dalam mekanisme sidang dewan, anggota DPR/DPRD menyampaikan hal-hal yang mencurigakan terkait materi sidang.
Tapi menjadi aneh, kata Umbu, kepada wartawan usai Sidang Paripurna di ruang FraksiPKB Gedung DPRD NTT, Kupang, Senin 17 September 2018, jika hal yang disampaikan itu langsung ditanggapi pihak eksekutif. Dalam hal ini Gubernur NTT, VIKTOR Bungtilu Laiskodat sebelum diberi kesempatan oleh pimpinan sidang dalam hal ini Ketua DPRD NTT, Anwar Puageno.
“Saya bicara ada 4 hal (point). Tapi mau bicara point keempat, pak Gubernur Viktor langsung mengata-ngatai saya. Hei, KAU jangan intervensi. Ini urusan pemerintah. KAU jangan atur urusan gubernur. KAU diam. Iya dalam hati saya berang (marah) juga. Tapi saya biarkan pak Gubernur Viktor bicara. Setelah itu baru saya melanjutkan point keempat yang saya mau sampaikan di sidang paripurna ini,”jelas Umbu. +++cnc1
Gambar : Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur, Anwar Puageno.
Foto : doc.CNC/marthen radja